Skip to main content

Arti Makna Filosofi Kupat

arti-makna-filosofi-kupat
image by: partisosialis.org
Siapa tak kenal dengan ketupat atau di daerah jawa umumnya lebih dikenal dengan kupat? Ketupat adalah sejenis makanan yang sudah menjadi hidangan khas hari raya umat Islam yaitu hari raya Idul Fitri. Ketupat biasa disajikan pada hari raya dengan hidangan khas Lebaran yang lain seperti opor ayam, rendang daging, semur daging, kering kentang, sambal goren hati dan sayur pepaya.

Tak kenal maka tak sayang, sebenarnya siapa dan apa sih Arti Makna Filosofi Kupat itu? Tahukah Anda bahwa ketupat itu sebenarnya bukanlah sekedar makanan biasa. Ada makna-makna filosofis yang tersembunyi di balik rumitnya anyaman janur kelapa atau daun kelapa yang tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua yang membungkus beras dengan sempurna.



image: forpiko.com

Ketupat atau kupat adalah sebuah ungkapan yang diperkenalkan pertama kali oleh Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu tokoh Wali Songo yang sangat terkenal di daerah Jawa karena telah mensyiarkan ajaran Agama Islam di pulau Jawa ini. Kupat sendiri terdiri dari dua kata, "ku" dan "pat" yang diambil dari bahasa jawa.

"Ku" berasal dari "ngaku" yang berarti mengakui. "Pat" berasal dari kata "Lepat" yang berarti salah atau kesalahan. Sehingga apabila kedua kata ini digabungkan memiliki arti mengakui kesalahan.

Kupat atau ketupat pada awalnya digunakan untuk mengenalkan ajaran Islam oleh Sunan Kalijaga karena pada waktu Islam masuk di tanah Jawa kupat masih diyakini sebagai sesuatu yang keramat dan sakral oleh masyarakat Jawa, seperti menggantung ketupat di atas kusen pintu sebagai jimat dan penolak bala atau kejahatan dan juga digunakan sebagai sesajian pada acara-acara atau upacara keagamaan.

Arti Makna Filosofi Kupat

image: forpiko.com


Dalam proses pembuatannya ketupat melalui beberapa tahapan proses pembuatan sebelum disajikan sebagai sebuah hidangan yang khas dan istimewa di hari raya Idul Fitri.

Pada tahapan pertama janur kelapa atau daun kelapa yang sudah disiapkan kemudian dianyam. Pada tahap ini anyaman janur yang sepintas terlihat komplek dan rumit dalam pembuatannya melambangkan kehidupan manusia yang beraneka ragam dan tak luput dari segala kesalahan.


Setelah anyaman janur kelapa tadi selesai dibuat beras dimasukkan sehingga memenuhi setengah bagian dari anyaman tersebut. Anyaman yang telah diisi beras tadi kemudian dimasukkan ke dalam panci yang telah diisi air sebelumnya dan dipanaskan dengan menggunakan api di kompor atau tungku dengan gas atau kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Pada tahapan ini melambangkan manusia memasuki tahap penggodokan, penggemblengan, penghapusan dosa-dosa dengan memasuki bulan yang penuh rahmat dan ampunan dari Allah SWT yaitu bulan Ramadhan.



Kemudian pada tahapan ke tiga ini proses penggodogan selesai begitu pun bulan Romadhon usai sudah. Manusia dengan segala kesalahan dan kealpaannya begitu juga ketupat dengan segala kerumitannya ketika dimasukkan kedalam panci berisi air dan digodog atau direbus selama beberapa waktu lamanya kini telah berubah menjadi lebih padat dari sebelumnya karena telah melewati proses penggodogan, sehingga menjadi sempurna dan lebih bermanfaat ketika dihidangkan.

Begitu juga manusia, umat islam khususnya. Umat Islam dengan berbagai macam kehidupannya yang tdak luput dari segala kesalahan dan dosa ketika memasuki bulan Ramadhan maka akan mengalami proses peleburan dosa-dosa tentunya dengan syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku.

Ketupat hanya akan menjadi ketupat yang tak berguna kalau tidak digodog atau direbus. Sebaliknya, ketupat yang direbus akan menjadi sempurna dan siap untuk dihidangkan. Ketika ketupat siap dihidangkan dan dibelah maka akan terlihat beras yang kini telah berubah menjadi nasi yang putih bersih demikian juga hati manusia ketika Romadhon usai dan memasuki bulan hari kemenangan yaitu Idul Fitri atau Lebaran.

Demikian, semoga artikel Arti Makna Filosofi Kupat ini dapat menambah wawasan pengetahuan Anda.